On the pictures you can see we the monument in different phases: in full glory for the war, shortly after the Proklamasi in 1945 and finally the debris as they are in London in the garden layers at Koosje van der Peijl-Nagi and her husband. With the exhibition ' war! From Dutch East Indie to Indonesia ', opened today the museum, 70 years on, the decolonization period from 1945 in perspective. Also the complex story and the position of the KNIL is well covered. For visitors there is a free exhibition newspaper, with historical backgrounds and practical help in finding information about the own family.
The exhibition lasts until 3 January 2016. In the course of this year different activities around decolonization.
Komposisi patung-patung ini katanya bercerita, dikala van Heutsz berkuasa maka lengkaplah wilayah Hindia Belanda dari Sabang sampai Merauke itu. Lalu digambarkan kalau orang Jawa dengan model seorang pemuda sedang duduk diatas gajah akan memerintah dikelak kemudian hari setelah pihak kolonial angkat kaki. Tentu saja ini setelah orang pribumi dididik dan dilatih sehingga berkemampuan untuk memerintah negeri. Disekeliling patung adalah anak negeri dalam wilayah nusantara yang makmur. Dibelakang ada patung 3 orang pemuda pelengkap dari Aceh sampai Irian. Baru diatasnya ada patung Gubernur Jenderal van Heutsz ? Pintar juga Belanda kolonialis kala itu bikin pencitraan ini, yang mungkin maksudnya bener juga mengingat karena datangnya zaman Jepang, tidak ada kesempatan lagi untuk melatih orang Indonesia sehingga pandai mengatur negeri ? Foto Pak Heutsz (yang juga tokoh perang Aceh) zaman berkuasa sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda 1904 - 1909.
Bagus lah masih ada sisa-sisanya yang tersimpan disana. Kita memang tidak mampu merawat (peninggalan) sejarah. Yang ada terus saja dirusak, dihancurkan, dihilangkan, diganti, oleh monumen-monumen atau bangunan yang tasteless!
BalasHapus